Bacasore.com – Di balik kelezatan dan aroma khasnya, terdapat cerita menarik tentang perjuangan dan kesuksesan seorang petani durian bernama I Ketut Kari.
Perjalanan pria 50 tahun dari seorang pekebun yang merintis usaha durian hingga menjadi salah satu produsen durian montong terkemuka di Sulawesi Tengah adalah contoh inspiratif tentang ketekunan dan inovasi dalam dunia pertanian.
Kari, seorang petani durian asal Desa Ogorandu, Kecamatan Bolano Lambunu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, memulai petualangannya di dunia budidaya durian komersial sejak tahun 1998.
Menanam durian montong, varietas durian yang dikenal dengan ukuran besar dan rasa manisnya, bukanlah keputusan yang mudah.
Pada awalnya, ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari skeptisisme tetangga hingga harga jual durian montong yang masih tinggi dibandingkan dengan durian lokal.
Pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, harga durian montong mencapai Rp 12.500 per kilogram, sedangkan durian lokal hanya berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per buah.
“Kondisi ini membuat banyak pekebun durian merasa pesimis, terutama karena daya beli masyarakat yang masih rendah,” kenang pria yang menjadi rujukan Durian Traveler tersebut.
Ia memulai usaha budidaya dengan menanam 108 pohon durian montong di lahan seluas 1 hektar.
Tiga tahun kemudian, tanaman durian montongnya mulai berbuah.
Namun, tantangan baru muncul ketika ia mencoba memasarkan buahnya.
Menghadapi penolakan dari pasar swalayan dan kesulitan menjual di tingkat lokal, Kari harus berpikir kreatif untuk mengenalkan durian montong kepada publik.
Mengenalkan Durian Montong ke Pasar
Sebagai bagian dari strategi pemasaran yang inovatif, ia memutuskan untuk menjual durian montong di pinggir jalan dan bahkan melakukan perjalanan jauh ke Provinsi Gorontalo pada tahun 2004.
“Dahulu sistemnya seperti penjual obat keliling,” ingatnya.
Meskipun upaya ini belum langsung membuahkan hasil, Kari tidak menyerah.
Ia terus berjuang untuk memperkenalkan durian montong kepada lebih banyak orang.
Saat itu, Kari juga menghadapi tantangan dalam hal cita rasa buah durian montong yang belum optimal.
Belum adanya pengetahuan mendalam tentang budidaya intensif dan teknik pascapanen yang tepat menjadi salah satu kendala.
Namun, semangatnya tidak menyerah.