Bacasore.com – Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini menjadi perhatian serius pengusaha di Indonesia.
Namun demikian, menurut Prof. Gede Sri Darma, D.B.A, pengamat ekonomi dari Undiknas University Denpasar, Bali, posisi rupiah sendiri akan menguat seiring perbaikan inflasi di AS dan sentimen positif dari dalam negeri.
“Fluktuasi inflasi lumrah terjadi di suatu negara, tergantung pada kondisi dan situasi yang terjadi di negara itu,” katanya Senin, 1 Juli 2024.
Apalagi, melemahnya rupiah ini adalah dampak dari tekanan inflasi yang terjadi di Amerika.
Di mana, pada pekan lalu, rupiah ditutup menguat ke level Rp16.375 per dolar AS pada perdagangan Jumat (28/6/2024).
Rupiah menguat bersamaan dengan penguatan dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pada pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,19% ke Rp16.375 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS juga menguat 0,12% ke 106,03.
Di sisi lain, mata uang Asia lainnya menunjukkan performa beragam.
Yen Jepang turun 0,08%, sementara dolar Singapura naik 0,12%, won Korea Selatan naik 0,67%, yuan China naik 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,03%, dan baht Thailand naik 0,14%.
Dolar Taiwan naik 0,34%, peso Filipina menguat 0,24%, dolar Hong Kong naik 0,01%, dan rupee India menguat 0,02%.
Penguatan itu tentu tak lepas dari langkah The Fed-Bank Sentral Amerika yang berusaha untuk mengendalikan inflasi.
Salah satu hal yang di lihat memberi dampak positif bagi rupiah adalah The Fed yang kemungkinan tidak terlalu agresif dalam menaikan suku bunga yang memberikan sentimen positif bagi mata uang negara berkembang.