Scroll untuk baca artikel
Berita

Patung Jokowi Rp 2,5 Miliar di Karo: Simbol Terima Kasih atau Politik Pencitraan?

53
×

Patung Jokowi Rp 2,5 Miliar di Karo: Simbol Terima Kasih atau Politik Pencitraan?

Sebarkan artikel ini
Patung Jokowi di Karo
Patung Jokowi di Karo

Bacasore.com – Pembangunan patung mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) setinggi enam meter di kawasan Liang Melas Datas (LMD), Kabupaten Karo, Sumatra Utara, memang sudah usai. Namun, ini tetap ramai  menuai polemik di tengah masyarakat, khususnya di media sosial. Dengan anggaran mencapai Rp2,5 miliar, patung yang disebut sebagai “Monumen Juma Jokowi” itu memantik perdebatan sengit di media sosial hingga menuai perhatian para pengamat politik.

Pembuatan Patung Jokowi ini kabarnya berawal pada  Desember 2021, saat warga Liang Melas Datas mengirimkan tiga ton jeruk ke Istana Presiden sebagai bentuk aspirasi. Mereka berharap jalan rusak sepanjang 32 kilometer di wilayah tersebut segera diperbaiki. Respon dari pemerintah datang pada Februari 2022 dengan dimulainya proyek perbaikan jalan.

Perbaikan infrastruktur ini secara signifikan berdampak pada peningkatan aktivitas ekonomi warga. Sebagai bentuk rasa syukur, masyarakat setempat kemudian menggagas pembangunan patung Presiden Jokowi. Patung tersebut dirancang menyerupai sosok Jokowi, berdiri tegap dengan tangan kanan melambai, dan dibuat dari bahan mirip perunggu.

Monumen tersebut berdiri di atas lahan seluas dua hektare sebelum Desa Kuta Mbelin. Lokasi ini diproyeksikan menjadi kawasan wisata dan pusat rekreasi baru di wilayah LMD.

Pendanaan dan Dukungan Tokoh Publik

Menurut Ketua Panitia Pembangunan Monumen, Adil Sebayang, dana pembangunan berasal dari iuran masyarakat dan donatur. Saat ini, terkumpul sekitar Rp400 juta dari swadaya masyarakat. Dukungan besar juga datang dari Wali Kota Medan sekaligus menantu Presiden, Bobby Nasution, yang menyumbangkan Rp500 juta.

Dalam acara peletakan batu pertama pembangunan monumen, Bobby melakukan video call langsung dengan Presiden Jokowi. Dalam percakapan tersebut, Jokowi menyatakan dukungannya terhadap pembangunan monumen, seraya menyampaikan bahwa hal terpenting adalah masyarakat kini telah memiliki akses jalan yang layak.

READ  Link Tes MBTI, Mengenal Kepribadian Anda dengan Lebih Dalam

“Saya senang kalau masyarakat senang,” ujar Jokowi melalui sambungan video kala itu.

Pro dan Kontra: Simbol Apresiasi atau Pemborosan?

Di balik semangat warga Karo membangun patung sebagai bentuk terima kasih, muncul kritik tajam dari berbagai kalangan. Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Devi Darmawan, menyebut pembangunan patung tersebut sarat akan simbolisme politik yang mirip dengan gaya “politik mercusuar”.

“Itu terlihat seperti upaya menghidupkan kembali politik mercusuar, ingin menunjukkan bahwa Jokowi adalah sosok presiden yang berhasil melalui simbol fisik seperti patung,” ungkap Devi kepada BBC News Indonesia.

Kritik juga datang dari warga setempat. Samsul Bahri Sembiring menilai dana sebesar Rp2,5 miliar yang digelontorkan untuk proyek ini tidak etis dan tidak layak, mengingat masih banyak kebutuhan dasar masyarakat yang belum terpenuhi.

Namun di sisi lain, Samsul juga mengakui bahwa sebagian warga melihat patung itu sebagai bentuk penghargaan atas keberhasilan pembangunan infrastruktur. “Itu sebagai wujud terima kasih kepada Presiden Jokowi. Bukan untuk melanggengkan kekuasaan,” tegasnya.

Jagat maya pun tak luput dari polemik ini. Di platform X (dulu Twitter), berbagai pendapat pro dan kontra bermunculan. Beberapa pengguna mengkritik keras pembangunan patung yang dianggap berlebihan dan memboroskan dana.

“Pembangunan jalan itu hak rakyat, bukan sesuatu yang harus dibalas dengan patung,” tulis salah satu pengguna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *