Bacasore.com – Gunung Rinjani, sebagai salah satu gunung berapi terbesar di Indonesia, menawarkan pemandangan spektakuler serta sejarah vulkanik yang memukau.
Terletak di Pulau Lombok, Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci.
Namun, di balik keindahan dan keanggunan pemandangannya, tersimpan sejarah letusan yang sangat dahsyat yang mengubah wajah bumi dan meninggalkan jejak yang masih terasa hingga saat ini.
Asal Usul Gunung Rinjani dan Samalas
Gunung Rinjani memiliki hubungan sejarah yang erat dengan gunung kembarannya, Gunung Samalas.
Pada masa lalu, kedua gunung ini membentuk satu kesatuan yang dikenal sebagai Gunung Rinjani-Samalas, dengan Gunung Samalas mencapai ketinggian sekitar 4.200 mdpl dan Gunung Rinjani sekitar 3.726 mdpl.
Meski berbeda ketinggian, keduanya berbagi sumber pasokan magma yang sama, membuat dasar kedua gunung ini menyatu.
Namun, letusan dahsyat Gunung Rinjani pada tahun 1257 M merubah secara drastis lanskap wilayah tersebut.
Letusan tersebut menghancurkan puncak Gunung Samalas dan mengubahnya menjadi Kaldera Segara Anak Rinjani, yang kini dikenal sebagai Danau Segara Anak Rinjani.
Abad ke-13: Letusan Besar dan Babad Lombok
Letusan Gunung Rinjani pada tahun 1257 M tercatat sebagai salah satu letusan terbesar dalam sejarah vulkanik Indonesia.
Peristiwa ini begitu dahsyat sehingga dampaknya diabadikan dalam tulisan Babad Lombok:
“Gunung Rinjani longsor dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah-rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.”
Tulisan ini menggambarkan kehancuran yang melanda daerah sekitar, dengan gempa bumi yang berkepanjangan dan pemindahan besar-besaran penduduk akibat letusan.
Selama tujuh hari, masyarakat harus mencari tempat berlindung dan membangun kembali kehidupan mereka di lokasi-lokasi baru.
Kronologi Letusan Gunung Rinjani Sejak 1257 M
Sejak letusan besar pada tahun 1257 M, Gunung Rinjani mengalami beberapa letusan lainnya yang mempengaruhi wilayah sekitarnya.
Berikut adalah beberapa catatan penting mengenai letusan-lletusan berikutnya:
- 1846: Letusan pertama setelah 1257 M terjadi pada tahun ini, di mana Gunung Rinjani menunjukkan aktivitas fumarola, dengan letusan di kaldera Gunung Barujari, anak gunung dari Rinjani.
- 1884: Jurnal Hindia Timur melaporkan adanya asap dan nyala api dari Gunung Rinjani pada bulan Agustus.
- 1901: Suara ledakan terdengar pada 1 Juni dan diikuti oleh hujan abu tipis di Mataram.
- 1906: Letusan terdengar pada bulan April pukul 21.15 WITA, meskipun tidak menimbulkan dampak signifikan.
- 1909: Hujan abu melanda Lombok dan meningkatkan aktivitas vulkanik di gunung tersebut.
- 1915: Tiang asap terlihat muncul dari Gunung Rinjani pada 4 November.
- 1944: Aktivitas vulkanik memunculkan Gunung Rombongan dari dalam kaldera Anak Rinjani dan menyebabkan kerusakan besar pada tanaman dan rumah.
- 1966: Terjadi gempa di Lombok, diikuti oleh aktivitas vulkanik di Segara Anak.
- 1994: Letusan Gunung Barujari menyebabkan hujan abu dan gangguan pada pertanian di Desa Sembalun.
- 2004: Aktivitas letusan berupa abu terjadi pada bulan Oktober.
- 2009: Letusan Gunung Barujari mengakibatkan banjir bandang, menewaskan 31 orang, dan menyebabkan gangguan pada penerbangan.
- 2015: Letusan pada November menyebabkan penutupan bandara di Denpasar dan Lombok serta mempengaruhi penerbangan internasional.
Dampak Lingkungan dan Sosial dari Letusan
Letusan Gunung Rinjani dan Gunung Barujari memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat.
Beberapa dampak yang tercatat antara lain:
- Kerugian Ekonomi: Gagal panen akibat hujan abu, kerusakan infrastruktur, dan gangguan pada sektor pariwisata.
- Kesehatan: Dampak kesehatan akibat debu vulkanik, seperti gangguan pernapasan.
- Penutupan Penerbangan: Gangguan besar pada rute penerbangan internasional akibat kabut debu vulkanik.
Warisan Geologis Gunung Rinjani
Meski dampak dari letusan Gunung Rinjani sangat besar, sisa-sisa sejarah vulkanik ini juga menawarkan keindahan dan daya tarik tersendiri.