Scroll untuk baca artikel
Wisata

Kekuatan Spritual Pura Suranadi Lombok dengan Pancuran Ngentas Male

102
×

Kekuatan Spritual Pura Suranadi Lombok dengan Pancuran Ngentas Male

Sebarkan artikel ini
Tempat membersihkan diri atau melukat di Pura Suranadi, Lombok.
Tempat membersihkan diri atau melukat di Pura Suranadi, Lombok.

Bacasore.com – Pulau Lombok, bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), selalu memikat hati para pelancong dengan keindahan alam dan budayanya yang kaya.

Saat mendengar nama Lombok, pikiran kita mungkin langsung terbayang akan pantai-pantai eksotis, gunung-gunung megah, dan keramahan masyarakat lokal.

Namun, Lombok juga menyimpan harta bersejarah yang tak kalah menarik, salah satunya adalah Pura Suranadi.

Sebuah destinasi spiritual yang memiliki nilai historis dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Hindu di Lombok.

Sejarah dan Keunikan Pura Suranadi

Pura Suranadi bukanlah sekadar bangunan religius biasa.

Pura ini memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Hindu, sekaligus menjadi saksi bisu sejarah panjang Lombok.

Menurut catatan sejarah, sebagian besar pura di Lombok, termasuk Pura Suranadi, dibangun pada abad ke-18.

Setiap bangunan pura ini memiliki ciri khas dan makna tersendiri, tercermin dari arsitektur uniknya yang memperlihatkan harmoni antara seni dan spiritualitas.

Nama “Suranadi” sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta, yakni “Sura” yang berarti Dewa, dan “Nadi” yang berarti Sungai.

Nama ini mengandung makna yang sangat sakral, merujuk pada keyakinan Hindu tentang kesucian air yang mengalir dari sumber-sumber alami di sekitar pura.

Pura ini juga erat kaitannya dengan perjalanan suci Dhang Hyang Dwijendra, seorang pendeta agung yang juga dikenal dengan nama Pedanda Sakti Wawu Rawuh.

Dikisahkan, saat berkelana di Lombok, Dhang Hyang Dwijendra beberapa kali beristirahat di tempat-tempat tertentu, di mana ia menancapkan tongkatnya ke tanah.

Dari setiap tancapan tongkat itu, muncul pancuran mata air yang diyakini berasal dari Gunung Rinjani.

Kelima mata air tersebut dikenal dengan nama Mata Air Toya Tabah, Mata Air Toya Pabersihan, Mata Air Toya Panglukatan, Mata Air Tirta, dan Mata Air Pangentas.

READ  Wisata Imlek di Singkawang: 5 Destinasi Menarik untuk Liburan Tahun Baru Imlek 2025

Umat Hindu di Lombok percaya bahwa air dari kelima mata air suci ini memiliki kekuatan penyembuhan, yang dikenal dengan istilah ‘Ngentas Male’.

Mereka meyakini bahwa setelah berdoa dan menyucikan diri dengan air dari pancuran tersebut, mereka akan mendapatkan kehidupan baru atau “Suranadi”, yang melambangkan kebangkitan spiritual.

Setiap bulan purnama, terutama pada bulan Oktober dan November, umat Hindu di Lombok menggelar upacara sembahyang di Pura Suranadi untuk menghormati jasa Dhang Hyang Dwijendra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *