Scroll untuk baca artikel
Wisata

Bale Lumbung dengan Lantai dari Kotoran Kerbau, Menyusuri Keunikan dan Filosofi Rumah Adat Suku Sasak

86
×

Bale Lumbung dengan Lantai dari Kotoran Kerbau, Menyusuri Keunikan dan Filosofi Rumah Adat Suku Sasak

Sebarkan artikel ini
Bale Lumbung, bangunan tradisional Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Bale Lumbung, bangunan tradisional Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Bacasore.com – Pulau Lombok, yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia, dikenal dengan keindahan alamnya yang mempesona dan keragaman budayanya yang kaya.

Selain pantai-pantainya yang menakjubkan, Lombok juga menyimpan harta karun budaya yang tak kalah menarik, salah satunya adalah rumah adat Suku Sasak yang dikenal dengan sebutan bale lumbung.

Rumah adat ini bukan hanya sekedar situs wisata, tetapi juga merupakan simbol penting dari warisan budaya yang masih hidup di tengah masyarakat Lombok.

Rumah Adat Suku Sasak: Warisan Budaya yang Hidup

Rumah adat Suku Sasak, bale lumbung, adalah contoh nyata dari keberagaman arsitektur tradisional yang ada di Indonesia.

Terletak di desa Sade, rumah adat ini tidak hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga tetap dihuni oleh masyarakat setempat.

Hal ini menjadikannya sebagai salah satu ikon budaya yang terus dilestarikan dan dihormati hingga kini.

“Sampai saat ini rumah adat masih terjaga,” ungkap Lalu Rokmin, Minggu 11 Agustus 2024.

Rumah adat ini telah diakui sebagai salah satu warisan budaya tak benda oleh provinsi Nusa Tenggara Barat, yang membuktikan betapa pentingnya pelestarian budaya lokal ini.

Filosofi dan Struktur Rumah Adat Suku Sasak

Rumah adat Suku Sasak mencerminkan filosofi dan tingkatan sosial masyarakat Suku Sasak yang ada pada masa lalu.

Struktur dan desain rumah ini memiliki makna mendalam yang terkait dengan stratifikasi sosial masyarakat Sasak.

Rumah adat ini dibangun dengan mempertimbangkan aspek estetika dan fungsional, yang mengungkapkan kesejahteraan dan status sosial penghuninya.

Tiga Tipe Bangunan

Rumah adat Suku Sasak dapat dibagi menjadi tiga tipe utama:

  1. Bale Bonter: Digunakan oleh para pejabat desa. Rumah ini memiliki ukuran yang lebih besar dan sering kali digunakan untuk acara-acara penting.
  2. Bale Kodong: Dihuni oleh pasangan yang baru menikah. Ini adalah rumah yang lebih kecil dibandingkan dengan bale bonter.
  3. Bale Tani: Merupakan tempat tinggal bagi keluarga yang sudah berkeluarga. Rumah ini dirancang untuk menampung keluarga besar dengan lebih nyaman.
READ  Curug Leuwi Bumi Begitu Indah, Berikut Destinasi Favorit di Banten

Arsitektur Vernakular

Keunikan lainnya dari rumah adat Suku Sasak adalah penerapan arsitektur vernakular, yaitu gaya arsitektur yang sesuai dengan sumber daya dan kultur lokal.

Rumah adat ini menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, jerami, dan alang-alang.

Bambu digunakan karena bobotnya yang ringan dan ketahanannya terhadap guncangan, sedangkan alang-alang dipilih untuk atapnya karena daya tahannya terhadap cuaca.

Bahkan, alat penyambung seperti paku pun terbuat dari bambu, yang menambah kesan alami dan ramah lingkungan pada rumah ini.

Lantai dari Tanah Liat dan Kotoran Kerbau

Salah satu fitur unik dari rumah adat ini adalah lantainya yang terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau.

Campuran ini tidak hanya memberikan kekuatan dan kekokohan pada lantai tetapi juga membantu dalam membersihkan debu serta menghalau serangga.

Menurut kepercayaan Suku Sasak, kotoran kerbau memiliki khasiat magis yang dapat melindungi penghuni dari kekuatan jahat.

Meskipun menggunakan bahan alami ini, lantai rumah tetap bersih dan bebas bau.

Tradisi dan Kebiasaan dalam Membangun Rumah Adat

Dalam tradisi Suku Sasak, pembangunan rumah harus dilakukan pada hari-hari yang dianggap baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *